Senin, 28 Desember 2020

 

TUJUAN PENDIDIKAN

(MASYARAKAT SEJAHTERA RELIGIUS)

Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I


 

 



 

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh :

Nama               : Lia Esa Putri Kurniawati

NIM                : 2119074

 

 

      KELAS D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

2020

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

            Assalamualaikum Wr. Wb.

 

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT  atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga makalah yang berjudul “Tujuan Pendidikan” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW keluarga dan sahabatnya.

            Makalah ini menjelaskan tentang tujuan pendidikan yang menjadikan masyarakat sejahtera dan religius.

            Makalah ini dibuat dengan semaksimal mungkin. Namun, apabila didapati  kekurangan dan kesalahan, kami dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah yang mendatang. Semoga makalah ini menambah khazanah keilmuan dalam penulisan makalah dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.

 

Wassalamualaikum Wr. Wb.

 

           

                                                                                                                                                                                                                                 

 Pekalongan, 25 September 2020

 

 

 

Penulis

 

                                                           

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR..............................................................................      3

DAFTAR ISI..............................................................................................      4

 

BAB I      PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah .......................................................      5      

B.     Rumusan Masalah..................................................................      5

D. Tujuan Masalah.......................................................................     5

 

BAB II    PEMBAHASAN

A.    Hakikat Sejahtera dan Religius.............................................      6

B.     Teori Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Religius........      7

C.     Dalil Berusaha Merubah Keadaan supaya lebih baik............      9

D.    Usaha itu Wajib, Hasil itu Nyata, Jangka pendek/panjang....      9

 

BAB III PENUTUP

A.    Simpulan................................................................................     11

B.     Saran .....................................................................................      11

 

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................      12

 

       


 BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

      Dalam istilah Indonesia, Pendidikan adalah kegiatan proses transformasi baik ilmu maupun nilai. Pendidikan dan pengajaran harus menyatu karena sebuah nilai dasar bagi segala aktifitas proses transformasi. Pendidikan mempunyai tujuan terhadap transformasi intelektual, dan intelektual mempunyai tujuan agar manusia terdidik dan bermoral yang bisa membawa masyarakat sejahtera dan religius.

      Islam selalu menghimbau agar setiap Muslim untuk mengambil peran sebagai seseorang yang bisa membawa kesejahteraan masyarakat dalam membaca dan menafsirkan al-Qur’an. Dalam hal ini, kita bisa mengetahui bagaimana tujuan sebuah pendidikan melalui peran para tokoh agama yang bisa menjadikan masyarakat sejahtera dan religius.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa hakikat sejahtera dan religius ?

2.      Apa teori yang mewujudkan masyarakat sejahtera dan religius ?

3.      Apa dalil berusaha merubah keadaan (nasib) supaya lebih baik ?

4.      Mengapa usaha itu wajib, hasil itu nyata dalam jangka pendek/panjang ?

D. Tujuan Masalah

1.      Mengetahui hakikat sejahtera dan religius.

2.      Mengetahui teori yang mewujudkan masyarakat sejahtera dan religius.

3.      Mengetahui dalil berusaha merubah keadaan (nasib) supaya lebih baik.

4.      Mengetahui usaha iu wajib, hasil itu nyata dalam jangka pendek/panjang.


 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Sejahtera dan Religius

Hakikat sejahtera dalam perspektif Islam adalah ketika seseorang mampu menerima keadaan dirinya dengan ikhlas, mempunyai rasa kemandirian, mampu membentuk hubungan yang baik terhadap orang lain, mempunyai tujuan hidup, dan  mampu mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Menurut KBBI, sejahtera adalah rasa aman, makmur, sentosa, dan bebas dari segala macam kesukaran. Sebuah kondisi seseorang yang terlibat didalamnya berada dalam keadaan damai, sehat, dan makmur.[1]

Menurut sudut pandang Islam, yaitu pada ayat al-Qur’an yang mengandung arti sejahtera seperti falaha(sentosa) dan roghodan (suka/senang). Al falah dapat diartikan sebagai mendapat kebahagiaan dan kejayaan bukan di dunia saja tetapi juga di akhirat.[2] Sedangkan, roghodan sebagai kesenangan terhadap apa yang digemari.

Al-Qur’an sudah meletakkan agar manusia dapat mencapai al falah (kesejahteraan) ini melalui unsur-unsur ibadah seperti, keimanan yang tinggi, taqwa, amal soleh, akhlak yang terpuji, mengajak kebaikan, dan nilai luhur yang tercermin pada setiap perilaku manusia. Islam sebagai agama terakhir bertujuan mengantarkan umatnya menuju kebahagiaan hidup yang hakiki, maka dari itu Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia maupun akhirat.[3]

Kesejahteraan dalam Al-Qur’an menurut Q.S. Quraisy ayat 3-4 ada 3 macam: yaitu, Kesejahteraan adalah ketergantungan penuh manusia kepada Tuhan pemilik Ka’bah, hilangnya rasa lapar dan, hilangnya rasa takut.

      Hakikat Religius adalah berasal dari kata religion yang artinya agama. Menurut Jalaluddin, Agama berarti mempercayai Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta , kepercayaan berupa amal ibadah dan keadaan jiwa yang mencerminkan kecintaan terhadap Tuhan.[4] Religius dapat dikatakan sebagai sikap seseorang dimana setiap melakukan aktifitasnya sesuai denga  ajaran agama yang dianutnya. Dalam Islam, religius tidak hanya diwujudkan melalui aktifitas ritual saja, tetapi dilihat dari beberapa pokok-pokok yang lain seperti, Aqidah, Ibadah dan Akhlak. [5]

      Sikap religius terjadi karena adanya pengaruh seseorang dari lingkungannya. Manusia mempunyai sikap yang berasal dari pengalaman yang diperolehnya bukan dari bawaan lahir. Maka, sikap itu bisa berkembang melalui pola tingkah laku yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat mempraktekkan setiap ajaran agamanya atas dasar iman yang ada didalam hatinya.

B. Teori Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Religius

            Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludeman, dalam mewujudkan masyarakat sejahtera dan religius dapat melalui berbagai teori dibawah ini:[6]

1. Kejujuran

            Dalam meraih kesejahteraan salah satu kuncinya adalah berkata jujur kepada siapapun untuk menghindari diri dari berbagai kesulitan yang berlarut-larut. Dengan berkata jujur dapat menjadikan solusi dalam berbagai masalah.

2. Bermanfaat untuk orang lain

            Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain”. Hal ini merupakan salah satu cara agar manusia bisa hidup sejahtera dan bersikap religius.

3. Rendah Hati

            Sikap ini harus ditanamkan bagi setiap manusia agar dapat hidup sejahtera karena tidak akan memaksakan kehendaknya sendiri dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Tidak akan merasa selalu benar dan selalu mengingat bahwa kebenaran juga terdapat pada diri orang lain.

4. Keadilan

            Seseorang yang religius harus mampu bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat terdesak sekalipun mereka harus bisa mempraktekkan sikap ini dengan tujuan dapat hidup sejahtera dalam bermasyarakat.

5. Disiplin Tinggi

            Kedisiplinan harus ditumbuhkan dari semangat dan kesadaran seseorang untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Tindakan yang dipegang teguh pada komitmen bersama untuk mencapai kesuksesan diri sendiri dan orang lain dapat menumbuhkan semangat yang tinggi.

6. Visi ke Depan

            Setiap manusia harus mampu mengajak orang kedalam tujuan hidupnya. Kemudian memberikan motivasi dan cara-cara untuk menuju tujuan tersebut. Dengan hal ini, masyarakat akan mencapai kesejahteraan hidup dan menumbuhkan sikap religius untuk mencapai hal tersebut.

7. Keseimbangan

            Seorang yang religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya, yaitu saat aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika melakukan ritual agama saja melainkan saat melakukan aktivitas lain harus didorong oleh sikap religius juga.

 

 

C. Dalil Berusaha Merubah Keadaan (nasib) Supaya Lebih Baik

1. Q.S. Ar-Ra’d ayat 11

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [7]

 

2. Q.S. As-Saba ayat 15

لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ

 بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ

Artinya:

Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),“Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”[8]

D. Usaha itu Wajib , Hasil itu Nyata dalam Jangka Pendek/Panjang

Setiap makhluk hidup wajib berusaha atau ikhtiar untuk mencapai hasil yang dicapai yang disertai dengan do’a. Usaha yaitu sebuah proses seseorang dalam merealisasikan keinginannya terhadap suatu hal. Contohnya mahasiswa mendapat tugas dari dosen, maka usaha yang dilakukan adalah mengerjakannya dengan baik dan tepat waktu agar tugas bisa segera dikumpulkan kepada dosen tepat waktu. Sedangkan untuk hasil dari usaha tersebut merupakan babak akhir dari usaha yang telah kita lakukan.

Apabila kita mampu mengerjakan usaha dengan baik, maka dari usaha tersebut akan diperoleh hasil yang baik pula. Seperti contoh di atas bahwa ketika kita mendapat tugas, lalu kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh hasil yang sebanding dengan usaha kita. Begitupun sebaliknya, jika kita bermalas-malasan, maka dapat dipastikan kita akan memperoleh hasil yang kurang baik.

Di zaman sekarang, tidak ada hasil yang diraih  tanpa  usaha, dan usaha seseorang pun akan berbeda tergantung apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara yang ditempuhnya. Ketika kita berusaha sekuat tenaga demi mendapatkan sesuatu, maka hasil yang diperoleh akan sebanding dengan usaha yang telah dilakukan, walaupun di dalam prosesnya akan ditemukan berbagai hambatan dan rintangan. Masalah  tersebut adalah bumbu dari usaha kita. Jika mampu melewati dengan baik, maka hasil yang diperoleh akan lebih berbuah manis.

Sebagai contoh ketika kita telah melewati tahap akhir kuliah, tetapi belum mendapatkan pekerjaan, usaha saat mencari pekerjaan akan diwarnai dengan suka dan duka. Sehingga ketika sudah menemukan pekerjaan yang cocok, maka manisnya hasil yang diperoleh akan lebih terasa. Itulah yang dinamakan hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Semoga kita tidak menyerah dalam berusaha, sehingga hasil yang diperoleh sebanding dengan usaha yang telah kita lakukan.

BAB III

PENUTUP

 

  1. Simpulan

Pendidikan adalah suatu usaha yang dipilih untuk mempengaruhi dan membantu manusia dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga mengantarkan pada terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan religius yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, negara, dan agama Untuk mencapai masyarakat sejahtera dan religius memerlukan banyak tahapan dan berbagai proses atau usaha mulai dari kesadaran diri sendiri yang mana usaha tersebut akan membuahkan hasil dalam bermasyarakat yang baik.

 

  1. Saran

Alhamdulillah dengan ini, selesailah makalah yang telah saya buat dengan judul “Tujuan Pendidikan (Masyarakat Sejahtera Religius)”. Semoga makalah yang telah saya buat dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa IAIN Pekalongan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya mengharap saran dan kritik agar saya lebih baik dalam membuat makalah berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al Fairuzabadi. 1983. Qamus al-Muhit. Bairu: Dar al-Fikr.

Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras.

Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta:  PT Grafindo Persada.

Makruf Noor, Faried. 1983. Keluarga Sejahtera dan Bahagia. Bandung: PT Al- Ma’arif.

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Q.S. Ar-Ra’d ayat 11

Q.S. As-Saba ayat 15

W. J. S. Poerwadarminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


[1] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), hal. 27.

[2] Al-Fairuzabadi, Qamus al-Muhit (Bairu: Dar al-Fikr, juz 4), hal, 230.

[3] Faried Makruf Noor, Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung:PT al-Ma’arif), hal, 20.

[4] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT Grafindo Persada), hal, 25.

[5] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta: Teras), hal, 125.

[6] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal, 282-284.

[7] Q.S. Ar-Ra’d ayat 11

[8] Q.S. As-Saba ayat 15

  TUJUAN PENDIDIKAN (MASYARAKAT SEJAHTERA RELIGIUS) Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi Dosen Pengampu: Muham...