TUJUAN PENDIDIKAN
(MASYARAKAT SEJAHTERA RELIGIUS)
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I
Disusun oleh :
Nama : Lia Esa Putri Kurniawati
NIM : 2119074
KELAS D
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2020
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat dan karuniaNya
sehingga makalah yang berjudul “Tujuan Pendidikan” ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW keluarga dan
sahabatnya.
Makalah ini menjelaskan tentang
tujuan pendidikan yang menjadikan masyarakat sejahtera dan religius.
Makalah ini dibuat dengan semaksimal
mungkin. Namun, apabila didapati
kekurangan dan kesalahan, kami dengan senang hati menerima saran dan
kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah yang
mendatang. Semoga makalah ini menambah khazanah keilmuan dalam penulisan
makalah dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Pekalongan, 25 September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. 3
DAFTAR ISI.............................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah ....................................................... 5
B.
Rumusan Masalah.................................................................. 5
D. Tujuan Masalah.......................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Sejahtera dan Religius............................................. 6
B. Teori Mewujudkan Masyarakat
Sejahtera dan Religius........ 7
C. Dalil Berusaha Merubah Keadaan supaya
lebih baik............ 9
D. Usaha itu Wajib, Hasil itu Nyata,
Jangka pendek/panjang.... 9
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan................................................................................ 11
B.
Saran ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam istilah Indonesia, Pendidikan adalah
kegiatan proses transformasi baik ilmu maupun nilai. Pendidikan dan pengajaran
harus menyatu karena sebuah nilai dasar bagi segala aktifitas proses
transformasi. Pendidikan mempunyai tujuan terhadap transformasi intelektual,
dan intelektual mempunyai tujuan agar manusia terdidik dan bermoral yang bisa
membawa masyarakat sejahtera dan religius.
Islam
selalu menghimbau agar setiap Muslim untuk mengambil peran sebagai seseorang
yang bisa membawa kesejahteraan masyarakat dalam membaca dan menafsirkan
al-Qur’an. Dalam hal ini, kita bisa mengetahui bagaimana tujuan sebuah
pendidikan melalui peran para tokoh agama yang bisa menjadikan masyarakat
sejahtera dan religius.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat sejahtera dan religius ?
2. Apa teori yang mewujudkan masyarakat sejahtera
dan religius ?
3. Apa dalil berusaha merubah keadaan (nasib)
supaya lebih baik ?
4. Mengapa usaha itu wajib, hasil itu nyata dalam
jangka pendek/panjang ?
D. Tujuan Masalah
1. Mengetahui hakikat sejahtera dan religius.
2. Mengetahui teori yang mewujudkan masyarakat
sejahtera dan religius.
3. Mengetahui dalil berusaha merubah keadaan
(nasib) supaya lebih baik.
4. Mengetahui usaha iu wajib, hasil itu nyata
dalam jangka pendek/panjang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sejahtera dan Religius
Hakikat sejahtera dalam perspektif Islam
adalah ketika seseorang mampu menerima keadaan dirinya dengan ikhlas, mempunyai
rasa kemandirian, mampu membentuk hubungan yang baik terhadap orang lain,
mempunyai tujuan hidup, dan mampu
mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Menurut KBBI, sejahtera adalah rasa
aman, makmur, sentosa, dan bebas dari segala macam kesukaran. Sebuah kondisi
seseorang yang terlibat didalamnya berada dalam keadaan damai, sehat, dan
makmur.[1]
Menurut sudut pandang Islam, yaitu pada ayat
al-Qur’an yang mengandung arti sejahtera seperti falaha(sentosa) dan roghodan
(suka/senang). Al falah dapat diartikan sebagai mendapat kebahagiaan dan
kejayaan bukan di dunia saja tetapi juga di akhirat.[2] Sedangkan, roghodan sebagai
kesenangan terhadap apa yang digemari.
Al-Qur’an sudah meletakkan agar manusia dapat
mencapai al falah (kesejahteraan) ini melalui unsur-unsur ibadah seperti,
keimanan yang tinggi, taqwa, amal soleh, akhlak yang terpuji, mengajak kebaikan,
dan nilai luhur yang tercermin pada setiap perilaku manusia. Islam sebagai
agama terakhir bertujuan mengantarkan umatnya menuju kebahagiaan hidup yang
hakiki, maka dari itu Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia maupun
akhirat.[3]
Kesejahteraan dalam Al-Qur’an menurut Q.S.
Quraisy ayat 3-4 ada 3 macam: yaitu, Kesejahteraan adalah ketergantungan penuh
manusia kepada Tuhan pemilik Ka’bah, hilangnya rasa lapar dan, hilangnya rasa
takut.
Hakikat Religius adalah
berasal dari kata religion yang artinya agama. Menurut Jalaluddin, Agama
berarti mempercayai Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta ,
kepercayaan berupa amal ibadah dan keadaan jiwa yang mencerminkan kecintaan
terhadap Tuhan.[4]
Religius dapat dikatakan sebagai sikap seseorang dimana setiap melakukan
aktifitasnya sesuai denga ajaran agama
yang dianutnya. Dalam Islam, religius tidak hanya diwujudkan melalui aktifitas
ritual saja, tetapi dilihat dari beberapa pokok-pokok yang lain seperti, Aqidah,
Ibadah dan Akhlak. [5]
Sikap religius terjadi
karena adanya pengaruh seseorang dari lingkungannya. Manusia mempunyai sikap
yang berasal dari pengalaman yang diperolehnya bukan dari bawaan lahir. Maka,
sikap itu bisa berkembang melalui pola tingkah laku yang dimilikinya. Dalam hal
ini, seorang hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat mempraktekkan
setiap ajaran agamanya atas dasar iman yang ada didalam hatinya.
B. Teori Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Religius
Menurut Gay Hendricks dan Kate
Ludeman, dalam mewujudkan masyarakat sejahtera dan religius dapat melalui
berbagai teori dibawah ini:[6]
1. Kejujuran
Dalam
meraih kesejahteraan salah satu kuncinya adalah berkata jujur kepada siapapun
untuk menghindari diri dari berbagai kesulitan yang berlarut-larut. Dengan
berkata jujur dapat menjadikan solusi dalam berbagai masalah.
2. Bermanfaat untuk orang lain
Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
paling bermanfaat bagi manusia lain”. Hal ini merupakan salah satu cara agar
manusia bisa hidup sejahtera dan bersikap religius.
3. Rendah Hati
Sikap
ini harus ditanamkan bagi setiap manusia agar dapat hidup sejahtera karena
tidak akan memaksakan kehendaknya sendiri dan mau mendengarkan pendapat orang
lain. Tidak akan merasa selalu benar dan selalu mengingat bahwa kebenaran juga
terdapat pada diri orang lain.
4. Keadilan
Seseorang
yang religius harus mampu bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat
terdesak sekalipun mereka harus bisa mempraktekkan sikap ini dengan tujuan
dapat hidup sejahtera dalam bermasyarakat.
5. Disiplin Tinggi
Kedisiplinan
harus ditumbuhkan dari semangat dan kesadaran seseorang untuk mencapai
masyarakat yang sejahtera. Tindakan yang dipegang teguh pada komitmen bersama
untuk mencapai kesuksesan diri sendiri dan orang lain dapat menumbuhkan
semangat yang tinggi.
6. Visi ke Depan
Setiap
manusia harus mampu mengajak orang kedalam tujuan hidupnya. Kemudian memberikan
motivasi dan cara-cara untuk menuju tujuan tersebut. Dengan hal ini, masyarakat
akan mencapai kesejahteraan hidup dan menumbuhkan sikap religius untuk mencapai
hal tersebut.
7. Keseimbangan
Seorang
yang religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya, yaitu saat aktivitas
beragama bukan hanya terjadi ketika melakukan ritual agama saja melainkan saat
melakukan aktivitas lain harus didorong oleh sikap religius juga.
C. Dalil Berusaha Merubah Keadaan (nasib)
Supaya Lebih Baik
1. Q.S. Ar-Ra’d ayat 11
لَهُ
مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا
أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ
وَالٍ
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.” [7]
2. Q.S. As-Saba ayat 15
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ
اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ
وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ
بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ
Artinya:
Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda
(kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),“Makanlah olehmu dari
rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.”[8]
D. Usaha itu Wajib , Hasil itu Nyata dalam
Jangka Pendek/Panjang
Setiap makhluk
hidup wajib berusaha atau ikhtiar untuk mencapai hasil yang dicapai yang
disertai dengan do’a. Usaha yaitu sebuah proses seseorang dalam merealisasikan
keinginannya terhadap suatu hal. Contohnya mahasiswa mendapat tugas dari dosen,
maka usaha yang dilakukan adalah mengerjakannya dengan baik dan tepat waktu
agar tugas bisa segera dikumpulkan kepada dosen tepat waktu. Sedangkan untuk
hasil dari usaha tersebut merupakan babak akhir dari usaha yang telah kita
lakukan.
Apabila
kita mampu mengerjakan usaha dengan baik, maka dari usaha tersebut akan
diperoleh hasil yang baik pula. Seperti contoh di atas bahwa ketika kita
mendapat tugas, lalu kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, maka dapat
dipastikan kita akan memperoleh hasil yang sebanding dengan usaha kita.
Begitupun sebaliknya, jika kita bermalas-malasan, maka dapat dipastikan kita
akan memperoleh hasil yang kurang baik.
Di zaman
sekarang, tidak ada hasil yang diraih
tanpa usaha, dan usaha seseorang
pun akan berbeda tergantung apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara yang
ditempuhnya. Ketika kita berusaha sekuat tenaga demi mendapatkan sesuatu, maka
hasil yang diperoleh akan sebanding dengan usaha yang telah dilakukan, walaupun
di dalam prosesnya akan ditemukan berbagai hambatan dan rintangan. Masalah tersebut adalah bumbu dari usaha kita. Jika
mampu melewati dengan baik, maka hasil yang diperoleh akan lebih berbuah manis.
Sebagai
contoh ketika kita telah melewati tahap akhir kuliah, tetapi belum mendapatkan
pekerjaan, usaha saat mencari pekerjaan akan diwarnai dengan suka dan duka.
Sehingga ketika sudah menemukan pekerjaan yang cocok, maka manisnya hasil yang
diperoleh akan lebih terasa. Itulah yang dinamakan hasil tidak akan pernah
mengkhianati usaha. Semoga kita tidak menyerah dalam berusaha, sehingga hasil
yang diperoleh sebanding dengan usaha yang telah kita lakukan.
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
Pendidikan adalah suatu usaha yang dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu manusia dalam meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani
dan akhlak sehingga mengantarkan pada terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan
religius yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, negara,
dan agama Untuk mencapai masyarakat sejahtera dan religius memerlukan banyak
tahapan dan berbagai proses atau usaha mulai dari kesadaran diri sendiri yang
mana usaha tersebut akan membuahkan hasil dalam bermasyarakat yang baik.
- Saran
Alhamdulillah dengan ini, selesailah makalah yang
telah saya buat dengan judul “Tujuan Pendidikan (Masyarakat Sejahtera
Religius)”. Semoga makalah yang telah saya buat dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa IAIN Pekalongan. Mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan, saya mengharap saran dan kritik agar saya lebih baik dalam
membuat makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Fairuzabadi. 1983. Qamus al-Muhit. Bairu: Dar al-Fikr.
Munir,
Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
Jalaluddin.
2008. Psikologi Agama. Jakarta:
PT Grafindo Persada.
Makruf Noor, Faried.
1983. Keluarga Sejahtera dan Bahagia. Bandung: PT Al- Ma’arif.
Muhaimin.
2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Q.S. Ar-Ra’d ayat 11
Q.S. As-Saba ayat 15
[1] W. J. S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
hal. 27.
[2]
Al-Fairuzabadi, Qamus al-Muhit (Bairu: Dar al-Fikr, juz 4), hal, 230.
[3] Faried Makruf
Noor, Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung:PT al-Ma’arif), hal, 20.
[4] Jalaluddin, Psikologi
Agama, (Jakarta:PT Grafindo Persada), hal, 25.
[5] Ahmad Munir, Tafsir
Tarbawi, (Yogyakarta: Teras), hal, 125.
[6] Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal, 282-284.
[7]
Q.S. Ar-Ra’d ayat 11
[8]
Q.S. As-Saba ayat 15